Sungguh indah perumpamaan orang yang sholih. Ia laksana pohon baik yang akarnya kokoh dan cabangnya tinggi menjulang sampai langit, dan menghasilkan buahnya setiap waktu dengan seizin Allah, sehingga ia bermanfaat bagi sekitarnya. Sebagaimana yang Allah tuturkan dalam QS. Ibrahim : 24-25. Rindangnya daun membuat ia teduh dan meneduhkan, banyak khalayak yang betah berlama-lama bernaung di bawahnya. Lebat dan ranumnya buah membuat orang terkagum-kagum akan kebermanfaatannya.
Ah, sungguh indah jika keshalihan itu kelak hadir dalam sosok tubuh-tubuh mungil yang sedang Allah amanahkan pada diri kita. Yaitu pada diri anak-anak kita.
Namun, rasanya tidaklah mudah membesarkan jiwa-jiwa polos itu di era globalisasi seperti sekarang ini. Dimana arus informasi begitu derasnya, perhatian anak terkecoh dengan gemerlapnya segela kemudahan, gadget dan teknologi.
Apakah benar demikian? Saat ada berita miris mengenai seorang pemuda yang terkapar karena narkoba, dan anak usia SD yang mencabuli tetangganya yang masih balita, diluar sana ada juga anak-anak dengan iman yang menghujam di dada menegakkan kalimah Allah dengan pekikan takbirnya mampu meluluhlantakkan serdadu Israel laknatullah. Lalu mengapa ada sekian banyak bocah yang belum bisa membaca, bahkan belum lancar menyebut huruf ‘R’, namun sudah beratus-ratus ayat Al-Qur’an ia hafal, bahkan hadis. Dan mengapa Umar bin Abdul Aziz bisa menjadi khalifah Islam yang disegani meskipun banyak kemudahan di kehidupannya karena ia hidup bak anak raja?
Jawabannya ada pada balik dinding rumah kita wahai Ayah/Bunda. Mengapa kita musti bimbang dan takut, sedangkan Allah swt sudah memberikan kita modal yang sangat besar untuk kita mendidik mereka. Ia bernama fitrah. Tersebut dalam QS. Ar-Ruum : 30, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Fitrah itu sudah dihamparkan di jiwa-jiwa setiap manusia, termasuk anak kita. Laksana lahan subur yang terhampar luas bagi petani. Tugas orangtuanya lah yang menanam benih-benih tauhid itu, sedikit demi sedikit tanamkanlah nilai-nilai ketauhidan pada diri mereka, talqin-kan tentang syahadat dan maknanya, kisahkan pada mereka kisah-kisah teladan penuh hikmah, ingatkan selalu pada mereka bahwa Allah selalu mengawasi (muraqabatullah), selalu jadikan Al-Qur’an sebagai referensi utama dalam mendidik anak kita ataupun menghadirkan segala informasi dan ilmu.
Fitrah mereka adalah mengenal Tuhannya, yaitu Allah. Tiada sanggahan apapun saat kita mendiktekan bahwa Allah lah yang menciptakan alam semesta dan segalanya, Allah bersemayam di atas arsy, kenalkan sifat-sifat Allah yang agung, niscaya jiwa polosnya tak akan mengelak, karena jiwa mereka telah berbaiat pada Rabbnya di alam ruh. Itulah modal awal yang sangat besar wahai Ayah/Bunda. Jangan pernah menyerah untuk membangun generasi robbani dambaan ummat.
Teringat kisah seorang anak penggembala yang diuji oleh Abdullah bin Umar saat ia sedang menggembalakan domba milik majikannya. Abdullah bin Umar bermaksud ingin membeli satu domba darinya tanpa diketahui majikannya. Namun anak penggembala itu menolak, karena hal itu tidak diketahui majikannya. Kemudian Abdullah bin Umar menguji anak itu untuk berkata dusta pada majikannya bahwa dombanya dimakan serigala. Dengan mantap anak itu menjawab, “Aynallah? ,maka dimana Allah?”. Reaksi anak tersebut membuat Abdullah bin Umar terharu dan bergetar hatinya karena menjumpai seorang anak yang sangat sholih dan menjaga Robbnya.
Semoga jiwa-jiwa muroqobatullah seperti anak penggembala tersebut dapat tertanam juga dalam jiwa anak kita. Tercermin dalam setiap perilaku dan akhlaknya, hingga tiba saatnya nanti mereka dipanggil Rabbnya, mereka dapat pulang dengan indahnya ke kampung akhirat. Allahumma Aamiin. Maka saat ini mulai tanamkan pada diri anak kita, wahai anakku, jagalah Allah…niscaya Ia akan menjagamu…. Wallahu’alam bishawab.
Depok,
19 Agustus 2017
Riera Ummu Maiza
*)Tugas Jurnal Essay Akademi Keluarga,
Materi : Menanamkan Tauhid kepada Anak
x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar